Donderdag 25 April 2013

GURU YANG BERPERAN SEBAGAI ORANG TUA KEDUA BAGI SISWA


mengaji di al-muhtadin, akhmad muhaimin azzet
Seorang guru harus bisa menjalin ikatan batin yang kuat dengan anak didiknya. Sungguh ini penting agar seorang guru bisa berperan menjadi orangtua kedua bagi para murid supaya mereka merasa nyaman sekaligus menyenangkan belajar di sekolah. Berikut adalah beberapa cara yang dapat dilakukan oleh seorang guru:
Rasa kasih dan sayang yang perlu dibangun adalah rasa kasih sayang sebagaimana orangtua kepada anaknya. Karena seorang guru bukanlah orangtua kandung bagi anak didiknya, sudah tentu ekspresi dan bentuknya berbeda dengan orangtua kandung mereka dalam memberikan rasa kasih dan sayang. Bahkan, beberapa pendapat mengatakan, memang harus berbeda terutama kaitannya dengan kedekatan secara fisik karena pertimbangan nilai dan etika yang semestinya berlaku. Namun, meskipun ekspresi dan bentuknya berbeda, rasa kasih dan sayang yang bersumber dari dalam hati tetaplah perlu dibangun dengan sebaik-baiknya oleh seorang guru yang ingin dicintai oleh anak didiknya.
Rasa kasih dan sayang yang dibangun oleh seorang guru akan membuatnya bersikap lembut kepada anak didiknya. Sungguh, pendidikan yang dilakukan dengan kelembutan hati akan sangat berkesan di hati anak didik. Di samping itu, anak didik pun akan dengan senang hati mengikuti proses belajar mengajar yang diampu oleh sang guru. Di sinilah sesungguhnya keberhasilan sebuah proses pendidikan diawali. Sebab, tidak ada faktor yang lebih penting dari rasa senang dan semangat yang menyala pada diri anak didik yang akan berhasil dalam belajar.
Setiap orangtua pasti ingin memberikan yang terbaik untuk anak-anaknya. Untuk memberikan yang terbaik ini, orangtua bekerja dan berusaha dengan sekuat tenaga. Semua ini dilakukan agar anaknya terpenuhi kebutuhannya, baik jasmani maupun ruhani, agar anaknya tumbuh dan berkembang dalam asuhan yang menyenangkan, bahkan agar anaknya tidak menerima dan mengalami hal-hal buruk yang pernah diterima dan dialami oleh orangtuanya dahulu. Di sinilah kenapa orangtua dicintai dan dihormati dengan setulusnya oleh anak-anaknya.
Sebagai orangtua yang kedua bagi anak didik ketika berada di sekolah, seorang guru harus senantiasa membangun kesadarannya untuk bisa memberikan yang terbaik kepada anak didiknya. Memberikan yang terbaik kepada anak didik bagi seorang guru sudah tentu dalam hal pendidikan. Dalam hal ini, satu tugas pokok yang terpenting adalah seorang guru bisa mendidik anak didiknya dengan sebuah semangat sebagaimana mendidik anaknya sendiri.
Bila kita ingin menjadi guru yang berhasil dan dicintai oleh anak didik, sudah tentu sama sekali tidak dibenarkan jika berpendapat, “Yang penting saya telah mengajar dan mendidiknya dengan baik. Persoalan dia bisa atau tidak dalam menangkap materi yang saya berikan, atau besok akan jadi apa, itu sudah bukan urusan saya.” Pendapat yang seperti ini biasanya terlontar dari seorang guru yang tidak bisa menjadi orangtua kedua yang baik bagi anak didiknya. Guru yang demikian tidak bisa memberikan yang terbaik buat anak didiknya.
Salah satu kelebihan orangtua terhadap anak-anaknya adalah mendampingi dengan senang hati dalam proses tumbuh dan berkembangnya. Orangtua yang mencintai anak-anaknya tidak mungkin meninggalkan anaknya dalam kesendirian, apalagi dalam keadaan bahaya. Kepedulian orangtua dalam mendampingi anaknya merupakan fitrah yang sekaligus sebagai upaya memberikan perlindungan. Oleh karena itu, anak merasakan damai dan nyaman ketika berada di samping orangtuanya.
Meski bukan orangtua kandung, seorang guru dapat membangun kepedulian yang kuat dalam hatinya untuk bisa senantiasa mendampingi anak didiknya dengan senang hati. Sungguh, kesadaran untuk senantiasa senang dalam mendampingi anak didik ini tidak bisa datang dengan sendirinya atau secara tiba-tiba. Perlu dibangun dan dibina dengan sebuah simpati sekaligus empati terhadap anak didik. Sudah tentu, mendampingi anak didik ini terutama dalam masa-masa belajar di sekolah.
Tugas seorang guru memang mendampingi anak didiknya. Akan tetapi, satu hal yang perlu penulis tegaskan di sini adalah, “mendampingi dengan senang hati.” Sudah tentu, mendampingi dengan senang hati akan berbeda dengan sekadar mendampingi. Anak didik adalah makhluk Tuhan yang mempunyai jiwa, sama dengan kita, tentu akan bisa merasakan apabila ada orang lain—dalam hal ini yang dimaksud adalah guru—yang mendampingi dengan senang hati atau sekadar mendampingi. Di samping akan tampak dalam gestur seseorang juga akan terasa dalam memberikan kenyamanan atau tidak. Maka, seorang guru yang disenangi oleh anak didiknya adalah yang mendampingi mereka dengan senang hati.

Geen opmerkings nie:

Plaas 'n opmerking